Hi... Hari ini gue
bakal cerita tentang perjalanan gue dan dua temen gue, Prita dan Okta ke Desa
Trunyan. Trunyan berada di Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Trunyan merupakan desa tua, atau sering
disebut Bali Aga atau Bali Mula. Akhirnya gue kesampean juga
menginjakkan kaki ke kuburan Desa ini yang terkenal. :D
Nah!
untuk mencapai kuburan Desa Trunyan gue menyeberangi danau Batur dengan
menggunakan perahu. FYI : Kita harus pandai-pandai nawar ya soalnya suka
ditembak harganya. Untungnya temen gue orang Bali asli jadinya bisa ngomong
bahasa Bali itupun masih aja dapet harga Rp 240.000 bertiga dan udah
bolak-balik. oke? :)
Gue
sangat amat senang ketika gue sampai di desa ini namun gue sangat menyayangkan
tradisi warga desa Trunyan yang kurang baik yaitu minta-minta duit kecil. Hal
itu akan banyak kita temui disana. Tidak hanya anak kecil, orang tua sampai
lansia pun melakukan hal tersebut padahal hal tersebut sangat mengganggu dan
dapat mengurasi kesan yang baik bagi pariwisata desa Trunyan sendiri.
Yang terkenal dari desa ini adalah cara pemakaman jenazahnya
yang sampai saat ini masih dilaksanakan. Tradisi ini hanya dilakukan oleh warga
desa Trunyan aja loh. Di desa ini orang yang telah meninggal gak dikubur atau
dibakar "NGABEN" yang merupakan tradisi masyarakat Bali, tapi di desa
ini tubuh orang yang telah meninggal setelah melalui sebuah prosesi akan
dilapisi kain dan kemudian diletakkan diatas tanas di bawah pohon trunyan dan
dikelilingi anyaman dari pohon bambu yang disebut ancak saji.
Desa Trunyan
memiliki tiga jenis kuburan yang terdiri dari kuburan anak-anak, orang dewasa
yang belum berkeluarga dan kuburan orang-orang yang telah berkeluarga. cuma jenazah yang sudah dewasa dan meninggal secara
normal serta tidak cacat yang bisa dimakamkan seperti itu. Untuk jenazah bayi
dan meninggal secara tidak normal seperti bunuh diri, dibunuh ataupun
kecelakaan dimakamkan di tempat lain.
Di sekitar kuburan ini lo
bakal banyak melihat tulang-tulang
berserakan ditanah, tengkorak manusia yang telah disusun rapi. Serem sih
tapi buat penasaran banget cuy. Hahahahaha
Dan….. yang paling heboh
adalah lo gak bakal mencium bau yang tidak sedap dari tubuh orang yang telah
meninggal tersebut loh. Hehehe hal ini karena adanya Pohon Trunyan. Trunyan berasal dari dua kata
yaitu "taru" yang berarti pohon dan "menyan" yang berarti
harum. Jadi pohon ini berfungsi menyerap bau yang tidak sedap yang dikeluarkan
oleh jenazah sehingga tidak tercium lagi bau yang tidak sedap itu.
Yoi… sekian cerita gue
tentang perjalanan gue ke desa Trunyan bersama temen-temen gue yang menyeramkan
tapi menyenangkan sekaligus menggemparkan hati dan menambah wawasan gue tentang
budaya sebuah desa yang unik. Jadi buat lo pada yang mengunjungi Bali gue
saranin buat dating kesini tapi ya siapin uang receh soalnya kaya yang gue
bilang tadi banyak banget warga yang minta-minta uang kecil hehe…
Nah!
bagi lo pada yang pengen banget liat atau megang yang namanya tulang belulang
asli sampai yang namanya tengkorak manusia bisa mengunjungi desa ini.
hihihihi.. pokoknya jangan lupa bilang "PERMISI" ya kalo mau foto bareng
tengkorak atau tulang belulangnya yang ada nanti gak fokus-fokus loh. Bukannya
nakutin tapi itu beneran. Soalnya pas gue foto begitu tuh hehhe ngeri yak? tapi itu semua benar-benar terjadi cuy. Gue gak boong ataupun nakutin elo pada hehee.. cuma
kasih info dikit. Nah pas udah sampe di desa setelah nyeberang jangan lupa
bilang "TERIMAKASIH" ya. Mistis banget sih tapi namanya juga kita ada
di tempat orang ya ngikut aja sih ya. That's my journey at Trunyan
Village. Walau ngeri-ngeri dikit tapi buat penasaran loh coy. hehehe
sumber pendukung : KLIK
kapan ke trunyan
ReplyDelete